SHRK Juni 2012 - Hari Ke-1
Dari Kebiasaan Kepada Penggenapan
"Ia
datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari
Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.
Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan
nas, di mana ada tertulis: 'Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah
mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia
telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,
dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang
tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.' Kemudian Ia
menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan
mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai
mengajar mereka, kata-Nya: 'Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu
mendengarnya.'" - Lukas 4:16-21
Tidak ada yang istimewa pada hari
Sabat itu, hanya sesuatu yang rutin seperti hari Sabat lainnya. Di Sabat itu
Yesus tidak melakukan sesuatu yang di luar kebiasaan. Ia hanya membacakan
beberapa kalimat dari kitab nabi Yesaya, sesuatu yang wajar, sesuatu yang rutin
dilakukan di dalam rumah ibadat. Namun yang biasa rutin itu mendadak menjadi
istimewa ketika Yesus mengajarkan bahwa pada hari itu genaplah nas yang pernah
difirmankan sekian ratus tahun sebelumnya. Penggenapan janji-Nya terjadi pada
saat yang biasa-biasa, pada saat sesuatu yang harus tetap dilakukan, dilakukan
dengan setia dan segenap hati. Semua yang kita lakukan selama ini berkaitan
dengan penggenapan janji-janji-Nya harus tetap dilakukan dengan setia dan
segenap hati sampai tiba pada kairos-Nya sehingga hati Tuhan tergerak dan Dia
berkata, "Pada hari ini genaplah."
Dan percayalah bahwa pada saat
penggenapan itu tiba mata semua orang akan memandang, tertuju kepada
penggenapan itu. Semua mata itu akan teralihkan kepada apa yang hanya
dikerjakan oleh Roh-Nya. Bukankah penggenapan segalanya itu diawali oleh Roh
Tuhan yang tercurah di mana pun yang dikehendaki-Nya, ketika tiba pada
kairos-Nya?
Dapat Dipercaya
"Dan
sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya
dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. Tetapi
Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia
mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian
kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati
manusia." - Yohanes 2:23-25
Dalam penggenapan janji-Nya ada
warisan, kuasa, otoritas, kekayaan-kelimpahan, hikmat, berbagai terobosan dan
seterusnya yang hendak diserahkan kepada Gereja-Nya dan kita semua percaya akan
hal itu. Namun masalahnya apakah kita sebagai Gereja dipercayai-Nya?
Ketika seseorang percaya kepada
Tuhan, maka hal itu sudah cukup untuk memenuhi semua kebutuhan dasar dari kehidupan
orang tersebut. Namun ketika berbicara mengenai kelimpahan yang berkenaan
dengan hak-hak Kerajaan-Nya, maka itu membutuhkan tingkat kedewasaan yang penuh
sehingga Ia berkenan mempercayakan diri-Nya kepada orang tersebut.
"Sungguhpun
demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang,
yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa
dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan." - 1 Korintus
2:6.
"Demikianlah
hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya
dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang
demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai." - 1
Korintus 4:1-2.
Dapat dipercayai, itulah kuncinya. Diberi kuasa namun tetap melayani, diangkat tinggi namun
tetap rendah hati, diberkati berlimpah namun tetap murah hati, diberi banyak
kepercayaan namun tetap menganggap diri adalah hamba yang tak berguna. Atau
berbalik menuntut untuk dilayani ketika menjadi penguasa, sombong & gila
hormat ketika diangkat tinggi, hati berubah menjadi tamak ketika harta
dilimpahkan dan merasa pantas ketika pujian datang?
Mewaspadai Serangan
Mewaspadai Serangan
"Mendengar
itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu
menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu
terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari
tengah-tengah mereka, lalu pergi." - Lukas 4:28-30
Satu hal lagi yang harus
diperhatikan adalah ketika penggenapan segalanya hendak terjadi, maka
waspadalah terhadap serangan musuh. Tetaplah berjaga-jaga, peliharalah iman,
sikap hati kita yang menentukan di akhir segala sesuatunya.
SHRK Juni 2012 - Hari
Ke-2 Vol. 1
Flexible
& Unity
Pada Masa Penggenapan Semua Janji
maka Gereja diharapkan tidak bersifar kaku dan egois dengan pemikiran lamanya
sendiri-sendiri. Gereja harus mampu menjadi fleksibel untuk dapat memiliki
kesatuan yang kokoh. Karena Gereja terdiri dari berbagai jenis individu dan
menjalankan berbagai jenis tanggung jawab di lapangan, maka sangat diharapkan
setiap kita mampu bertindak sesuai dengan perannya masing-masing di berbagai
situasi yang dihadapi dari waktu ke waktu. Baik itu ketika kita menjadi seorang
atasan yang memimpin dengan penuh tanggung jawab, maupun sebagai bawahan yang
mentaati dengan sepenuh hati. Juga baik pada saat bekerja sendirian maupun
ketika bekerja bersama-sama, ada toleransi dan pengertian yang lebih besar yang
diperlukan demi kesatuan dan tujuan bersama.
Keteladan & Kelalaian Yonatan
"Berkatalah
Yonatan kepada bujang pembawa senjatanya itu: 'Mari kita menyeberang ke dekat
pasukan pengawal orang-orang yang tidak bersunat ini. Mungkin TUHAN akan
bertindak untuk kita, sebab bagi TUHAN tidak sukar untuk menolong, baik
dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang.' Lalu jawab pembawa senjatanya
itu kepadanya: 'Lakukanlah niat hatimu itu; sungguh, aku sepakat.'"
- 1 Samuel 14:6-7
Saul adalah orang nomor satu sebagai
raja Israel pada saat itu, namun ia tidak berfungsi dengan baik karena
ketakutan menghadapi musuh. Beruntunglah anaknya, Yonatan sebagai orang nomor
dua tidak mengikuti sikap pemimpinnya. Di saat semua orang melihat situasi yang
ada sebagai bahaya, Yonatan malah melihat sebuah peluang walaupun kelihatan
kecil. Yonatan sungguh merupakan "Kuda Hitam" yang dapat diandalkan
ketika Saul sebagai "Kuda Utama" tidak mampu menjalankan fungsinya.
Lebih hebatnya lagi, pembawa senjata
yang menyertai Yonatan ikut sepakat dengan apa yang hendak Yonatan lakukan.
Padahal pembawa senjata itu bisa saja ikut ketakutan dan khawatir karena raja
mereka sudah sangat down dalam menghadapi musuh hari itu. Kata
"sepakat" dalam bahasa Inggris diterjemahkan demikian: "ikut
sepenanggungan dengan segenap hati & segenap jiwa."
Yonatan adalah orang nomor dua
setelah Saul. Namun ia mampu bersikap fleksibel dengan mengambil alih komando
utama untuk menyerang musuh ketika Saul "lumpuh" dalam komandonya.
Pembawa senjata juga memahami bahwa saat itu komando utama sedang beralih dari
Saul kepada Yonatan. Kesepakatan dua orang yang segenap hati dan jiwa dan
ditambah dengan penyertaan Tuhan menghasilkan sebuah pembalikkan keadaan yang
tak terduga. Inilah tingkat fleksibilitas dan kesatuan yang Tuhan kehendaki
untuk memasuki Masa Daud & Salomo nanti.
"Maka
bersiaplah Yonatan, anak Saul, lalu pergi kepada Daud di Koresa. Ia menguatkan
kepercayaan Daud kepada Allah dan berkata kepadanya: 'Janganlah takut, sebab
tangan ayahku Saul tidak akan menangkap engkau; engkau akan menjadi raja
atas Israel, dan aku akan menjadi orang kedua di bawahmu. Juga ayahku Saul
telah mengetahui yang demikian itu.' Kemudian kedua orang itu mengikat
perjanjian di hadapan TUHAN. Dan Daud tinggal di Koresa, tetapi Yonatan
pulang ke rumahnya." - 1 Samuel 23:16-18
Daud akan menjadi raja atas Israel
menggantikan Saul, dan pada saat itu Yonatan bahkan tahu bahwa destiny-nya
adalah menjadi orang nomor dua di bawah Daud kelak. Lebih menakjubkan lagi
bahwa Saul pun mengetahui hal ini. Jadi di atas kertas, destiny Yonatan
kelihatan pasti akan terpenuhi sampai ke garis akhir dengan kuat karena ada
jaminan bahkan "restu" dari Saul sendiri. Namun ketika Daud ada di
lapangan, Yonatan tidak ikut menyertainya melainkan kembali ke istana bersama
dengan Saul. Maka jaminan itu pun menjadi sia-sia.
Tuhan menghendaki setiap kita
Gereja-Nya untuk terus ada di lapangan, di ladang-Nya atau di mana pun yang Dia
kehendaki dan tidak memilih perhentian apalagi kenyamanan dalam situasi yang
sudah semakin singkat dan kritis ini. Karena sewaktu-waktu hari penggenapan itu
terjadi, maka hanya yang siap, yang terus berada di lapangan, merekalah yang
akan menikmati semua penggenapan itu.
SHRK Juni 2012 - Hari
Ke-2 Vol. 2
Fleksibel = Tahu (Menempatkan) Diri
"Ketika
Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon
kepada-Nya: 'Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat
menderita.' ... Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: 'Tuan, ... Sebab aku
sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata
kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang
lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka
ia mengerjakannya.' Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia ...
Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: 'Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti
yang engkau percaya.' Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya." -
Matius 8:5-13
Perwira ini adalah contoh lain dari
sikap fleksibel yang Tuhan butuhkan atas Gereja-Nya. Ia seorang atasan
sekaligus seorang bawahan. Kesadaran seperti ini yang membuat Yesus takjub dan
heran. Perwira ini sangat tahu diri dan tahu menempatkan dirinya dengan sangat
baik. Bukankah Yesus semakin mudah untuk menyembuhkan hamba dari perwira itu?
Fleksibilitas Yesus & Kesatuan
Tritunggal
"Tetapi
Ia berkata kepada mereka: 'Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun
bekerja juga.' ... Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: 'Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya
sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang
dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.'" - Yohanes 5:17-19
Tuhan Yesus adalah second in
command setelah Bapa. Apapun yang dikerjakan-Nya di dunia semuanya hanya
karena melihat Bapa bekerja. Tuhan Yesus menempatkan diri-Nya dengan
sedemikian sempurna, bahkan ketika di Getsemani kehendak-Nya berbeda dengan
kehendak Bapa, Ia tetap menempatkan diri-Nya sebagai hamba yang tak berguna,
yang hanya mengerjakan apa yang Bapa kerjakan. Fleksibiitas Kristus dapat
digambarkan demikian: di satu sisi mengenai kedatangan-Nya yang kedua disebut
HANYA BAPA yang tahu, Anak pun tidak, namun di sisi lain, Yesus Kristus ialah
Raja di atas segala raja. Dapatkah Anda memahaminya?
Kesatuan Allah Bapa, Allah Putra dan
Allah Roh Kudus juga sama fleksibelnya dengan teladan yang ditunjukkan oleh
Anak Manusia di bumi. Pada awalnya dengan suara mengguntur Bapa memerintah
dunia dengan sedemikian rupa, namun ketika masanya Anak memerintah maka Bapa
berkata,
"Inilah
Anak yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan dan dengarkanlah Dia." Dan
ketika masanya tiba, maka Yesus berkata, "Semuanya itu Kukatakan kepadamu,
selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus,
yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala
sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan
kepadamu." - Yohanes 14:25-26.
Dapatkah kita memahami bagaimana
segalanya berlaku di antara Tritunggal yang sangat berkuasa itu?
"Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: 'Memang Aku
kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas
kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu
kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus
Aku.'" - Yohanes 7:28-29
SHRK Juni 2012 Hari Ke-3
Semua yang datang di SHRK kali ini
sudah mulai masuk masa dewasa, artinya ada tanggung jawab, tuntutan dan berkat
yang lebih lagi. Menjadi dewasa kali ini sungguh merupakan anugerah dan kemurahan
Tuhan semata. Ini semua karena proses percepatan dalam waktu yang sudah semakin
singkat. Dan Tuhan sekali lagi hendak mengingatkan supaya tidak seorang pun
yang ketinggalan mengikuti kegerakan-Nya.
Diangkat Tuhan masuk dalam masa
kedewasaan BUKAN berarti merasa lebih baik daripada yang lain. Justru
sebaliknya kita harus waspada terhadap sikap hati yang sombong maupun minder
(rendah diri). Tidak perlu membanding-bandingkan kehidupan kita masing-masing
dengan orang lain, karena masing-masing punya tanggung jawabnya sendiri-sendiri
dengan Tuhan. Tetap fokus dengan apa yang sudah Tuhan tetapkan jadi bagian
kita.
Terus
miliki sikap hati seorang hamba, namun bukan sekedar hamba saja, melainkan
seorang hamba yang TIDAK BERGUNA yang tidak melakukan apapun selain yang
diperintahkan Tuhan sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar