Senin, 15 Oktober 2012

SHRK Januari 2012



SHRK Januari 2012 - Hari Ke-1


Anda bisa peka dan tajam mendengar suara Tuhan, namun itu bukan jaminan bahwa Anda mengenali isi hati-Nya. Seringkali Tuhan ingin membawa kita untuk lebih jauh lagi hanya bersama-Nya, menuju ke puncak-puncak yang begitu mulia, dan tidak jarang kita menolak kerinduan-Nya ini dengan berbagai alasan, dengan berbagai cara. Kita sudah merasa begitu lelah untuk meneruskan perjalanan, dan bahkan berani berkata "cukup" kepada-Nya, padahal yang kita lalui selama ini tidak dapat dibandingkan dengan apa yang telah menanti kita di puncak sana.

Tuhan adalah Pribadi yang berhitung dan Ia sangat menyukai angka. Bagi-Nya, angka 12 merupakan angka yang amat sakral. Kita bisa melihat adanya 12 suku Israel, 12 rasul pertama, 12 pintu gerbang, 12 bulan dalam setahun, dan seterusnya. Begitu juga tahun 2012 ini merupakan sesuatu yang amat menentukan, yang memang berbeda daripada tahun-tahun yang lalu.

"Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. Yesus berkata kepada mereka: 'Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan ... Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan ... Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.'" - Lukas 22:24-30


Akan tiba saatnya nanti bahwa hak-hak Kerajaan ditentukan bagi kita. Namun untuk itu kita harus daya tahan untuk tetap tinggal dan melalui segala pencobaan yang dialami sama oleh Tuhan Yesus. Pencobaan-pencobaan itu berasal dari Iblis yang menyiksa batin dan jiwa kita yang ujungnya meragukan segala janji-Nya sehingga tidak mencapai Puncak Penggenapan itu. Padahal Tuhan sedang menantikan kita semua Generasi Penggenap Janji untuk makan dan minum semeja di dalam Kerajaan-Nya dan duduk di atas takhta untuk menghakimi keduabelas suku Israel.


Renungkanlah akhir kisah kehidupan Lot di Kitab Kejadian pasal 19, ketika Tuhan hendak menyelamatkannya sekeluarga dari pemusnahan Sodom dan Gomora. Tangan mereka dipegangi dan tubuh mereka mulai diseret untuk diselamatkan karena Tuhan mengasihani mereka. Maka sadarilah ketika Tuhan mulai memaksakan kehendak-Nya, ketika Tuhan menghendaki kita berjalan lebih jauh lagi, naik lebih tinggi lagi, menyelami hati-Nya lebih dalam lagi, dan seterusnya, itu adalah karena Ia sedang mengasihani kita.


Namun sesampainya mereka di luar kota, dilepasnya tangan mereka. Tuhan bukan berkehendak melepas mereka, namun merekalah yang menolak tuntunan Tuhan. Jauh di dalam jiwa mereka ada pemberontakan terhadap tuntunan Tuhan. Demikian Tuhan dengan kita, jika kita terus memberontak terhadap proses yang harus kita hadapi, pada titik tertentu Tuhan harus melepas dan menyerahkan kita kepada pihak lain.


Kemudian Lot sekeluarga diminta untuk terus ke (puncak) pegunungan, dan petunjuknya jelas untuk tidak berhenti di mana pun juga di sepanjang Lembah Yordan. Tuhan ingin mereka naik karena sesungguhnys di pegungan, arah ke selatan, ada kota bernama Rehobot yang artinya kelegaan dan di tengahnya mengalir sungai Zered yang artinya bertumbuh dalam kegembiraan. Namun Lot masih berani menawar dan hanya bersedia sampai ke Zoar, sebuah kota kecil yang tidak berarti dengan alasan supaya selamat dari celaka. Padahal Tuhan telah menjamin perjalanan mereka sampai ke puncak pegunungan dengan tidak menurunkan murka-Nya lebih dulu sebelum mereka tiba. Itu artinya Tuhan menunggu mereka di tempat yang dikehendaki-Nya.


Dapatkah kita bayangkan betapa kecewa-Nya Tuhan, bahwa Ia menginginkan anak-anak-Nya memegang hak-hak Kerajaan, duduk makan dan minum semeja serta memerintah di atas takhta, namun lebih memilih untuk jadi penjaga pintu gerbang yang tak seberapa berarti, dan lebih konyol lagi kalau di antara anak-anak-Nya tanpa tahu diri malah bertengkar untuk mencari pengakuan manusia untuk sekedar diakui sebagai yang terbesar. 


Lot akhirnya menyadari Zoar tidak berarti, dan meninggalkan kota kecil itu, pergi ke pegunungan seperti yang ditunjukkan Tuhan sebelumnya. Namun apalah arti ketaatan yang terlambat? Ketaatan perlu ketepatan waktu, ketika dilakukan terlambat sama dengan ketidaktaatan (late obedience equal with disobedience). Karena pemberontakan dan kebebalannya bahkan Lot harus kehilangan Kairos Tuhan.


SHRK Januari 2012 - Hari Ke-2 Vol. 1


April 2012, setelah perayaan Paskah, Tim Bahtera beserta keenam hamba-Nya akan melakukan tur peperangan, pendudukan dan penjarahan ke Rusia. Misi kali ini dinamai To The Top, karena Tuhan berkata bahwa Rusia secara spiritual adalah otak dari seluruh kegiatan kejahatan yang ada di dunia. Bahkan pekerjaan negatif dari keenam panggilan (raja, mempelai, pekerja, pilar, imam dan tentara) berpusat di sana. Ini bukanlah suatu kebetulan, apalagi letak Rusia adalah di utara dan tidak ada negara lain yang lebih utara daripadanya. Tur dibagi dalam 3 kelompok yaitu Tim Peperangan, Tim Pendudukan serta Tim Pendamaian.

Dalam Kitab Injil Matius pasal yang ke-19 terdapat 4 tingkat kehidupan kekristenan yang dapat kita pelajari dan bersama Roh Kudus kita dapat merenungkan dan memngukur tingkat kehidupan kita dengan tepat dan terus mengusahakan berjuang untuk dibawa naik sampai kita mendapati 12 tahta yang telah disediakan Tuhan bagi kita.

Tingkatan yang pertama - "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian." - ayat 8. Tingkatan paling rendah kehidupan kekristenan biasanya adalah masih berbicara seputar yang diperbolehkan dan yang dilarang. Orang percaya yang di tingkatan ini sama sekali belum memiliki pengertian yang cukup. Hanya bisa melihat hitam dan putih dan tidak mengenali warna-warna lain dari kekayaan dan kemuliaan Tuhan. Juga tidak memiliki kerinduan untuk mengenali Tuhan lebih dalam lagi. Bagi mereka, jika diperbolehkan mereka melakukan, namun jika dilarang mereka mencoba menegosiasikan sampai mentok, barulah mentaati demi keamanan diri mereka sendiri.


Tingkatan kedua - "Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu." - ayat 13. Dapat disebut Kristen tingkat anak-anak. Cirinya adalah memiliki kerinduan yang besar akan berbagai hal-hal yang rohani. Namun pada tingkatan ini, orang percaya diharap untuk tidak malas, tidak tinggal diam setelah didoakan maupun memperoleh nubuatan, namun harus mampu mengembangkan dan melipatgandakan apapun berkat yang telah diterima dengan tekun terus mencari wajah Tuhan dan kehendak-Nya yang sempurna. Tingkat anak-anak ini juga identik dengan mentalitas yang masih mengandalkan hamba Tuhan ketimbang Tuhan sendiri walau secara rohani cukup peka.

Tingkatan ketiga - "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." - ayat 21. Pada tingkatan ini, kedewasaan orang percaya ditentukan dari 3 hal yaitu kemampuan menjual, kemampuan memberi dan kepengikutan kepada Tuhan Yesus. Kemampuan menjual dalam hal ini termasuk menjadi kesaksian bagi banyak orang.


Kita bersaksi kepada dunia bahwa Tuhan Yesus memberkati secara harta duniawi bagi kita, namun apakah benar kita telah memperlakukan uang maupun harta orang lain dengan benar? Apakah kita sudah bebas dari beban hutang? Kemampuan menjual juga berbicara tentang kemampuan raja-raja dalam hal bisnis dan usaha, termasuk kemampuan mengembangkan dan melipatgandakan. Begitu juga kemampuan memberi, apakah kita memberi dengan kikir atau memberi dengan ketepatan sesuai dengan kehendak Tuhan yang sempurna? Dan kepengikutan kepada Tuhan Yesus, masihkah kita memberontak atau tawar menawar atau mempertanyakan kehendak-Nya ketika Ia menghendaki kita berjalan ke jalan yang sama sekali asing bagi kita? Atau kita mentaati-Nya tanpa memikirkan untung rugi dan mempercayai Dia sepenuhnya?


Tingkatan tertinggi - "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal." - ayat 28-29. Tingkatan tertinggi berbicara tentang keberanian meninggalkan apapun juga sehingga hanya Tuhan dan tidak ada yang lain. Ketika kedagingan dan kebenaran diri sendiri mulai dimatikan secara total. Dibutuhkan kerelaan yang tulus dan totalitas yang utuh, rela untuk terus disempurnakan dan didewasakan sehingga mampu memerintah bersama dengan Tuhan dan mewarisi hak kesulungan secara total.

SHRK Januari 2012 - Hari Ke-2 Vol. 2

Pelajari dan renungkan kisah Tuhan Yesus ketika berusia 12 tahun pergi ke Yerusalem, ke Bait Allah di Kitab Injil Lukas pasal 2 ayat 41-52. Setidaknya ada 3 tanda kedewasaan Tuhan Yesus yang ditunjukkan saat itu bahkan ketika Ia baru menginjak usia remaja.

"Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya."



Tanda #1 - Sekalipun Ia terlepas dari orang tuanya selama 3 hari, namun Yesus tahu sepenuhnya ke mana Ia harus berada dan dengan siapa Ia harus bergaul. Pemazmur berkata bahwa berbahagialah orang yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Dan Yesus menggenapi Firman-Nya sendiri dengan sempurna. Tanda kedewasaan ditentukan dengan siapa kita bergaul. Pergaulan kita ikut menentukan destiny kita.


Tanda #2 - Ia mendengar, mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban yang penuh hikmat. Tanda kedewasaan kedua ditentukan oleh kemampuan untuk mendengar karena begitu sulit orang untuk mendengar namun begitu mudah orang meluapkan kata-katanya. Juga kemampuan bertanya dan menjawab, bahwa pertanyaan yang tepat akan menghasilkan jawaban yang tepat.


Tuhan Yesus adalah seorang ahli yang tahu dengan persis apa, kapan dan bagaimana sebuah pertanyaan harus disampaikan. Pepatah bijak mengatakan they who asking is leading, artinya siapa yang bertanya, dialah yang memimpin. Perhatikan bagaimana Yesus harus merespon berbagai pertanyaan, bahwa jarang sekali Ia langsung menjawab, dan biasanya akan dibalas dengan pertanyaan lainnya.

"Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia."

Tanda #3 - Kedewasaan Yesus ditunjukkan dengan kerendahan hati-Nya untuk mau diasuh oleh kedua orang tuanya, yang walaupun secara hikmat, pengertian dan kerohanian masih sangat jauh di bawah diri-Nya. Maria hanya bisa menyimpan dalam hati, namun Yesus mampu menjawab dengan penuh hikmat, namun demikian hal itu tidak menjadikan Ia sombong dan merasa lebih baik dari yang lain. Ia tetap mentaati tudung kedua orang tuanya saat itu, sampai Bapa sendiri yang memanggil0Nya keluar, sehingga Ia memperoleh baik perkenan Allah maupun manusia.


SHRK Januari 2012 - Hari Ke-3



"Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel." - Lukas 22:29-30


Tuhan memiliki gaya kerja yang terpola, Ia akan mengajak umat-Nya, pasukan-Nya, jendral-jendral-Nya dan raja-raja-Nya untuk bersantap semeja dengan-Nya kemudian barulah otoritas diberikan untuk melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan kehendak-Nya yang sempurna.


Perhatikan Firman berikut ini:

"Dan Yitro, mertua Musa, mempersembahkan korban bakaran dan beberapa korban sembelihan bagi Allah; lalu Harun dan semua tua-tua Israel datang untuk makan bersama-sama dengan mertua Musa di hadapan Allah. Keesokan harinya duduklah Musa mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di depan Musa, dari pagi sampai petang." - Keluaran 18:12-13

Musa bersama Yitro, Harun dan semua tua-tua Israel bersantap bersama di hadapan Allah (semeja dengan Tuhan) kemudian keesokan harinya Musa dengan segala otoritas yang ada padanya melakukan tugas mengadili bangsa Israel. Pola ini ada di zaman Perjanjian Lama dan terus ada di Perjanjian Baru:

"Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya." - Wahyu 3:19-20.

Ini sungguh merupakan pola Kerajaan Allah, makan dan minum semeja dengan Tuhan kemudian otoritas diberikan untuk memerintah bersama dengan-Nya. Pola ini berurutan, jadi sebelum kita dinilai pantas untuk memperoleh otoritas, Tuhan akan mengajak kita untuk bersantap SEMEJA. Pertanyaannya adalah apa yang dimaksud dengan makan dan minum satu meja dengan Tuhan?

Kata "meja" dalam bahasa Yunani adalah TRAPEZA, yang juga artinya bank atau meja penukaran uang yang menghasilkan keuntungan atau pelipatgandaan. Jadi Tuhan mengajak kita umat-Nya untuk memiliki harta yang satu bank bahkan satu account / rekening yang sama dengan Dia. Ia ingin kita memiliki kekayaan dan kelimpahan yang sama dengan Dia.

Perhatikan kisah di Kitab Injil Yohanes pasal 21, dimana Yesus menampakkan diri-Nya untuk ketiga kalinya kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit di antara orang mati. Simak dengan seksama alur ceritanya. Saat itu murid-murid sedang berusaha menangkap ikan namun tidak mendapat hasil sama sekali, dan Tuhan muncul sambil bertanya, "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Dan mereka menjawab, "Tidak ada."

Perhatikan bahwa Tuhan Yesus TIDAK BERTANYA, "Berapakah hasil tangkapanmu?" Karena Ia sebenarnya telah menyiapkan lauk pauk tersebut bagi murid-murid-Nya. "Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti." - ayat 9. Ikan yang sedang dibakar itu bukan ikan hasil tangkapan murid-murid, melainkan yang telah disediakan Tuhan. Selanjutnya Tuhan tetap meminta untuk dibawakan beberapa ikan lagi untuk dibakar, setelah itu murid-murid diajak sarapan dengan ikan yang telah dipersiapkan Tuhan Yesus sebelumnya.

Inilah yang dimaksud "semeja dengan Tuhan" yaitu sesungguhnya Tuhan telah menyediakan dan menyiapkan segala sesuatunya bagi kita dalam kekayaan, kelimpahan dan kemuliaan-Nya, namun Ia ingin kita mempercayai-Nya dengan memberikan apa yang ada pada kita, yang sesungguhnya itu pun adalah pemberian-Nya juga. Jadi jika masih ada di antara kita yang menahan apalagi sampai bergumul akan sesuatu yang Ia minta dari pada kita, betapa memalukan dan mengerikan kenyataan itu!

"Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: 'Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?' Jawab Petrus kepada-Nya: 'Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.' Kata Yesus kepadanya: 'Gembalakanlah domba-domba-Ku.'" - ayat 15.


Dan setelah makan dan minum bersama dengan Tuhan, Simon Petrus juga dengan murid-murid lainnya menerima otoritas dan mandat untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Pola kerja-Nya tetap sama, dan inilah pola kerja Kerajaan Allah.


Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar