SHRK Januari 2012 - Hari Ke-1
Anda bisa peka dan tajam mendengar
suara Tuhan, namun itu bukan jaminan bahwa Anda mengenali isi hati-Nya.
Seringkali Tuhan ingin membawa kita untuk lebih jauh lagi hanya bersama-Nya,
menuju ke puncak-puncak yang begitu mulia, dan tidak jarang kita menolak
kerinduan-Nya ini dengan berbagai alasan, dengan berbagai cara. Kita sudah
merasa begitu lelah untuk meneruskan perjalanan, dan bahkan berani berkata
"cukup" kepada-Nya, padahal yang kita lalui selama ini tidak dapat
dibandingkan dengan apa yang telah menanti kita di puncak sana.
Tuhan adalah Pribadi yang berhitung
dan Ia sangat menyukai angka. Bagi-Nya, angka 12 merupakan angka yang amat
sakral. Kita bisa melihat adanya 12 suku Israel, 12 rasul pertama, 12 pintu
gerbang, 12 bulan dalam setahun, dan seterusnya. Begitu juga tahun 2012 ini
merupakan sesuatu yang amat menentukan, yang memang berbeda daripada
tahun-tahun yang lalu.
"Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus,
siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. Yesus berkata kepada
mereka: 'Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan ... Tetapi kamu
tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi
sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan ... Kamulah yang tetap
tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Dan
Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku
menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di
dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua
belas suku Israel.'" - Lukas 22:24-30
Akan tiba saatnya nanti bahwa
hak-hak Kerajaan ditentukan bagi kita. Namun untuk itu kita harus daya tahan
untuk tetap tinggal dan melalui segala pencobaan yang dialami sama oleh Tuhan
Yesus. Pencobaan-pencobaan itu berasal dari Iblis yang menyiksa batin dan jiwa
kita yang ujungnya meragukan segala janji-Nya sehingga tidak mencapai Puncak
Penggenapan itu. Padahal Tuhan sedang menantikan kita semua Generasi Penggenap
Janji untuk makan dan minum semeja di dalam Kerajaan-Nya dan duduk di atas
takhta untuk menghakimi keduabelas suku Israel.
Renungkanlah akhir kisah kehidupan
Lot di Kitab Kejadian pasal 19, ketika Tuhan hendak menyelamatkannya sekeluarga
dari pemusnahan Sodom dan Gomora. Tangan mereka dipegangi dan tubuh mereka
mulai diseret untuk diselamatkan karena Tuhan mengasihani mereka. Maka
sadarilah ketika Tuhan mulai memaksakan kehendak-Nya, ketika Tuhan menghendaki
kita berjalan lebih jauh lagi, naik lebih tinggi lagi, menyelami hati-Nya lebih
dalam lagi, dan seterusnya, itu adalah karena Ia sedang mengasihani kita.
Namun sesampainya mereka di luar
kota, dilepasnya tangan mereka. Tuhan bukan berkehendak melepas mereka, namun
merekalah yang menolak tuntunan Tuhan. Jauh di dalam jiwa mereka ada
pemberontakan terhadap tuntunan Tuhan. Demikian Tuhan dengan kita, jika kita
terus memberontak terhadap proses yang harus kita hadapi, pada titik tertentu
Tuhan harus melepas dan menyerahkan kita kepada pihak lain.
Kemudian Lot sekeluarga diminta
untuk terus ke (puncak) pegunungan, dan petunjuknya jelas untuk tidak berhenti
di mana pun juga di sepanjang Lembah Yordan. Tuhan ingin mereka naik karena
sesungguhnys di pegungan, arah ke selatan, ada kota bernama Rehobot yang
artinya kelegaan dan di tengahnya mengalir sungai Zered yang artinya bertumbuh
dalam kegembiraan. Namun Lot masih berani menawar dan hanya bersedia sampai ke
Zoar, sebuah kota kecil yang tidak berarti dengan alasan supaya selamat dari
celaka. Padahal Tuhan telah menjamin perjalanan mereka sampai ke puncak
pegunungan dengan tidak menurunkan murka-Nya lebih dulu sebelum mereka tiba.
Itu artinya Tuhan menunggu mereka di tempat yang dikehendaki-Nya.
Dapatkah kita bayangkan betapa
kecewa-Nya Tuhan, bahwa Ia menginginkan anak-anak-Nya memegang hak-hak
Kerajaan, duduk makan dan minum semeja serta memerintah di atas takhta, namun
lebih memilih untuk jadi penjaga pintu gerbang yang tak seberapa berarti, dan
lebih konyol lagi kalau di antara anak-anak-Nya tanpa tahu diri malah
bertengkar untuk mencari pengakuan manusia untuk sekedar diakui sebagai yang terbesar.
Lot akhirnya menyadari Zoar tidak
berarti, dan meninggalkan kota kecil itu, pergi ke pegunungan seperti yang
ditunjukkan Tuhan sebelumnya. Namun apalah arti ketaatan yang terlambat?
Ketaatan perlu ketepatan waktu, ketika dilakukan terlambat sama dengan
ketidaktaatan (late obedience equal with disobedience). Karena
pemberontakan dan kebebalannya bahkan Lot harus kehilangan Kairos Tuhan.
SHRK Januari 2012 - Hari Ke-2 Vol. 1
April 2012, setelah perayaan Paskah,
Tim Bahtera beserta keenam hamba-Nya akan melakukan tur peperangan, pendudukan
dan penjarahan ke Rusia. Misi kali ini dinamai To The Top, karena Tuhan berkata
bahwa Rusia secara spiritual adalah otak dari seluruh kegiatan kejahatan yang
ada di dunia. Bahkan pekerjaan negatif dari keenam panggilan (raja, mempelai,
pekerja, pilar, imam dan tentara) berpusat di sana. Ini bukanlah suatu
kebetulan, apalagi letak Rusia adalah di utara dan tidak ada negara lain yang
lebih utara daripadanya. Tur dibagi dalam 3 kelompok yaitu Tim Peperangan, Tim
Pendudukan serta Tim Pendamaian.
Dalam Kitab Injil Matius pasal yang
ke-19 terdapat 4 tingkat kehidupan kekristenan yang dapat kita pelajari dan
bersama Roh Kudus kita dapat merenungkan dan memngukur tingkat kehidupan kita
dengan tepat dan terus mengusahakan berjuang untuk dibawa naik sampai kita
mendapati 12 tahta yang telah disediakan Tuhan bagi kita.
Tingkatan yang pertama - "Karena ketegaran
hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah
demikian." - ayat 8. Tingkatan
paling rendah kehidupan kekristenan biasanya adalah masih berbicara seputar
yang diperbolehkan dan yang dilarang. Orang percaya yang di tingkatan ini sama
sekali belum memiliki pengertian yang cukup. Hanya bisa melihat hitam dan putih
dan tidak mengenali warna-warna lain dari kekayaan dan kemuliaan Tuhan. Juga
tidak memiliki kerinduan untuk mengenali Tuhan lebih dalam lagi. Bagi mereka,
jika diperbolehkan mereka melakukan, namun jika dilarang mereka mencoba menegosiasikan
sampai mentok, barulah mentaati demi keamanan diri mereka sendiri.
Tingkatan kedua - "Lalu orang membawa
anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan
mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu." -
ayat 13. Dapat disebut Kristen
tingkat anak-anak. Cirinya adalah memiliki kerinduan yang besar akan berbagai
hal-hal yang rohani. Namun pada tingkatan ini, orang percaya diharap untuk
tidak malas, tidak tinggal diam setelah didoakan maupun memperoleh nubuatan,
namun harus mampu mengembangkan dan melipatgandakan apapun berkat yang telah
diterima dengan tekun terus mencari wajah Tuhan dan kehendak-Nya yang sempurna.
Tingkat anak-anak ini juga identik dengan mentalitas yang masih mengandalkan hamba
Tuhan ketimbang Tuhan sendiri walau secara rohani cukup peka.
Tingkatan ketiga - "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah
segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan
beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." -
ayat 21. Pada tingkatan ini, kedewasaan
orang percaya ditentukan dari 3 hal yaitu kemampuan menjual, kemampuan memberi
dan kepengikutan kepada Tuhan Yesus. Kemampuan menjual dalam hal ini termasuk
menjadi kesaksian bagi banyak orang.
Kita bersaksi kepada dunia bahwa
Tuhan Yesus memberkati secara harta duniawi bagi kita, namun apakah benar kita
telah memperlakukan uang maupun harta orang lain dengan benar? Apakah kita
sudah bebas dari beban hutang? Kemampuan menjual juga berbicara tentang
kemampuan raja-raja dalam hal bisnis dan usaha, termasuk kemampuan
mengembangkan dan melipatgandakan. Begitu juga kemampuan memberi, apakah kita
memberi dengan kikir atau memberi dengan ketepatan sesuai dengan kehendak Tuhan
yang sempurna? Dan kepengikutan kepada Tuhan Yesus, masihkah kita memberontak
atau tawar menawar atau mempertanyakan kehendak-Nya ketika Ia menghendaki kita
berjalan ke jalan yang sama sekali asing bagi kita? Atau kita mentaati-Nya
tanpa memikirkan untung rugi dan mempercayai Dia sepenuhnya?
Tingkatan tertinggi - "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu
penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya,
kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk
menghakimi kedua belas suku Israel. Dan setiap orang yang karena nama-Ku
meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa
atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat
dan akan memperoleh hidup yang kekal." - ayat 28-29. Tingkatan
tertinggi berbicara tentang keberanian meninggalkan apapun juga sehingga hanya
Tuhan dan tidak ada yang lain. Ketika kedagingan dan kebenaran diri sendiri
mulai dimatikan secara total. Dibutuhkan kerelaan yang tulus dan totalitas yang
utuh, rela untuk terus disempurnakan dan didewasakan sehingga mampu memerintah
bersama dengan Tuhan dan mewarisi hak kesulungan secara total.
SHRK Januari 2012 - Hari Ke-2 Vol. 2
Pelajari dan renungkan kisah Tuhan
Yesus ketika berusia 12 tahun pergi ke Yerusalem, ke Bait Allah di Kitab Injil
Lukas pasal 2 ayat 41-52. Setidaknya ada 3 tanda kedewasaan Tuhan Yesus yang
ditunjukkan saat itu bahkan ketika Ia baru menginjak usia remaja.
"Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia
sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar
Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya."
Tanda #1 - Sekalipun Ia terlepas dari orang tuanya selama 3 hari,
namun Yesus tahu sepenuhnya ke mana Ia harus berada dan dengan siapa Ia
harus bergaul. Pemazmur berkata bahwa berbahagialah orang yang tidak duduk
dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang
merenungkan Taurat itu siang dan malam. Dan Yesus menggenapi Firman-Nya sendiri
dengan sempurna. Tanda kedewasaan ditentukan dengan siapa kita bergaul.
Pergaulan kita ikut menentukan destiny kita.
Tanda #2 - Ia mendengar, mengajukan pertanyaan dan memberikan
jawaban yang penuh hikmat. Tanda kedewasaan kedua ditentukan oleh kemampuan
untuk mendengar karena begitu sulit orang untuk mendengar namun begitu
mudah orang meluapkan kata-katanya. Juga kemampuan bertanya dan menjawab,
bahwa pertanyaan yang tepat akan menghasilkan jawaban yang tepat.
Tuhan Yesus adalah seorang ahli yang
tahu dengan persis apa, kapan dan bagaimana sebuah pertanyaan harus
disampaikan. Pepatah bijak mengatakan they who asking is leading,
artinya siapa yang bertanya, dialah yang memimpin. Perhatikan bagaimana Yesus
harus merespon berbagai pertanyaan, bahwa jarang sekali Ia langsung menjawab,
dan biasanya akan dibalas dengan pertanyaan lainnya.
"Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap
hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam
hatinya. Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan
besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia."
Tanda #3 - Kedewasaan Yesus ditunjukkan dengan kerendahan
hati-Nya untuk mau diasuh oleh kedua orang tuanya, yang walaupun secara
hikmat, pengertian dan kerohanian masih sangat jauh di bawah diri-Nya. Maria
hanya bisa menyimpan dalam hati, namun Yesus mampu menjawab dengan penuh
hikmat, namun demikian hal itu tidak menjadikan Ia sombong dan merasa lebih
baik dari yang lain. Ia tetap mentaati tudung kedua orang tuanya saat itu,
sampai Bapa sendiri yang memanggil0Nya keluar, sehingga Ia memperoleh baik
perkenan Allah maupun manusia.
SHRK Januari 2012 - Hari Ke-3
"Dan
Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya
bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku
dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku
Israel." - Lukas 22:29-30
Tuhan memiliki gaya kerja yang
terpola, Ia akan mengajak umat-Nya, pasukan-Nya, jendral-jendral-Nya dan
raja-raja-Nya untuk bersantap semeja dengan-Nya kemudian barulah otoritas
diberikan untuk melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan kehendak-Nya yang
sempurna.
Perhatikan Firman berikut ini:
"Dan
Yitro, mertua Musa, mempersembahkan korban bakaran dan beberapa korban
sembelihan bagi Allah; lalu Harun dan semua tua-tua Israel datang untuk makan
bersama-sama dengan mertua Musa di hadapan Allah. Keesokan harinya
duduklah Musa mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di
depan Musa, dari pagi sampai petang." - Keluaran 18:12-13
Musa bersama Yitro, Harun dan semua
tua-tua Israel bersantap bersama di hadapan Allah (semeja dengan Tuhan) kemudian
keesokan harinya Musa dengan segala otoritas yang ada padanya melakukan tugas
mengadili bangsa Israel. Pola ini ada di zaman Perjanjian Lama dan terus ada di
Perjanjian Baru:
"Lihat,
Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar
suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan
bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. Barangsiapa
menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku,
sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas
takhta-Nya." - Wahyu 3:19-20.
Ini sungguh merupakan pola Kerajaan
Allah, makan dan minum semeja dengan Tuhan kemudian otoritas diberikan untuk
memerintah bersama dengan-Nya. Pola ini berurutan, jadi sebelum kita dinilai
pantas untuk memperoleh otoritas, Tuhan akan mengajak kita untuk bersantap
SEMEJA. Pertanyaannya adalah apa yang dimaksud dengan makan dan minum satu meja
dengan Tuhan?
Kata "meja" dalam bahasa
Yunani adalah TRAPEZA, yang juga artinya bank atau meja penukaran uang yang
menghasilkan keuntungan atau pelipatgandaan. Jadi Tuhan mengajak kita
umat-Nya untuk memiliki harta yang satu bank bahkan satu account /
rekening yang sama dengan Dia. Ia ingin kita memiliki kekayaan dan kelimpahan
yang sama dengan Dia.
Perhatikan kisah di Kitab Injil
Yohanes pasal 21, dimana Yesus menampakkan diri-Nya untuk ketiga kalinya kepada
murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit di antara orang mati. Simak dengan seksama
alur ceritanya. Saat itu murid-murid sedang berusaha menangkap ikan namun tidak
mendapat hasil sama sekali, dan Tuhan muncul sambil bertanya, "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?"
Dan mereka menjawab, "Tidak ada."
Perhatikan bahwa Tuhan Yesus TIDAK
BERTANYA, "Berapakah hasil tangkapanmu?" Karena Ia sebenarnya telah
menyiapkan lauk pauk tersebut bagi murid-murid-Nya. "Ketika
mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan
roti." - ayat 9. Ikan yang sedang dibakar itu bukan ikan hasil
tangkapan murid-murid, melainkan yang telah disediakan Tuhan. Selanjutnya Tuhan
tetap meminta untuk dibawakan beberapa ikan lagi untuk dibakar, setelah itu
murid-murid diajak sarapan dengan ikan yang telah dipersiapkan Tuhan Yesus
sebelumnya.
Inilah yang dimaksud "semeja
dengan Tuhan" yaitu sesungguhnya Tuhan telah menyediakan dan menyiapkan
segala sesuatunya bagi kita dalam kekayaan, kelimpahan dan kemuliaan-Nya, namun
Ia ingin kita mempercayai-Nya dengan memberikan apa yang ada pada kita, yang
sesungguhnya itu pun adalah pemberian-Nya juga. Jadi jika masih ada di
antara kita yang menahan apalagi sampai bergumul akan sesuatu yang Ia minta
dari pada kita, betapa memalukan dan mengerikan kenyataan itu!
"Sesudah
sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: 'Simon, anak Yohanes, apakah
engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?' Jawab Petrus kepada-Nya:
'Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.' Kata Yesus kepadanya: 'Gembalakanlah
domba-domba-Ku.'" - ayat 15.
Dan setelah makan dan minum bersama
dengan Tuhan, Simon Petrus juga dengan murid-murid lainnya menerima otoritas
dan mandat untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Pola kerja-Nya tetap sama, dan
inilah pola kerja Kerajaan Allah.
Allahku akan memenuhi segala keperluanmu
menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar