Senin, 15 Oktober 2012

SHRK Februari 2012



SHRK Februari 2012 - Hari Ke-1 Vol. 1

"Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus. Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain. Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga. Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya. Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu." - 2 Timotius 2:1-7


Rasul Paulus menasehati Timotius untuk terus menerus menjadkuat dengan cara tetap tinggal dalam kasih karunia yang terkandung dalam Kristus Yesus. Karena di dalam kasih karunia tersebut terkandung kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat atau yang disebut dalam bahasa Yunani adalah dunamis. Ini adalah kasih karunia atau dunamis yang sama yang difirmankan kepada jemaat Korintus untuk tidak disia-siakan –

"Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima." - 2 Korintus 6:1.

Tindakan untuk terus menerus tinggal dalam kasih karunia digambarkan Rasul Paulus dengan analogi dari cara hidup Tentara Romawi dan Olahragawan zaman itu, dimana keduanya hidup disiplin sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada. Tentara Romawi dilatih dan ditempa untuk sangat ahli dan jago dalam pertempuran, sehingga mereka merupakan salah satu jenis tentara yang terkenal paling kuat karena ketrampilan atau skill berperang individunya. Tingkat kedisiplinan mereka juga ditunjukkan dari baju zirah mereka yang sangat kokoh dan rapat di bagian dada depan, namun kosong di bagian punggung belakang.

Tujuan dari rancangan baju zirah yang demikian; pertama, supaya sesama tentara saling melindungi bagian belakang temannya sehingga mereka tetap kompak menghadapi musuh; ke-dua, supaya ketika ada salah seorang tentaranya mundur dari medan pertempuran (desersi), baik komandan maupun temannya diperbolehkan membunuh tentara yang mundur tersebut karena dinilai dapat menjatuhkan mental pasukan lain dalam menghadapi musuh mereka saat itu. Sebagai tentara yang berdedikasi tinggi, mereka juga tidak diperkenankan untuk nyambi atau memiliki profesi lain selain sebagai tentara. Jika mereka sebagai tentara namun juga berdagang misalnya, dan dalam kegiatan dagang mereka berhubungan dengan pihak musuh, maka akan terjadi conflict of interest di dalam integritas mereka sebagai tentara.

Pada saat tidak berperang, Tentara Romawi tetap memelihara ketangkasannya dengan menjadi Olahragawan, terutama gulat dan tinju. Ketika ada kesempatan, mereka ikut dalam pertandingan sebagai Olahragawan sesuai dengan peraturan pertandingan yang berlaku. Dan peraturan serta kedisiplinan sebagai seorang Olahragawan tidak kalah ketatnya dengan kedisiplinan ketentaraan mereka. Hal itu di antaranya adalah pengawasan untuk tidak menyuap juri / hakim pertandingan, porsi-porsi latihan yang berat dan padat, tidak boleh melakukan hubungan seks selama sebulan penuh sebelum bertanding, dan sebagainya.

Baik peraturan-peraturan ketentaraan maupun sebagai olahragawan harus ditaati oleh mereka semua untuk menjaga agar mereka tetap dalam kondisi yang prima dan siaga, baik di medan pertempuran maupun di arena pertandingan. Demikian pula Gereja Tuhan untuk terus menerus tetap tinggal dalam kasih karunia dan tidak menyia-nyiakan kuasa dunamis yang ada di dalamnya, Tuhan menghendaki supaya kita semua memiliki tingkat kedisipinan yang sama dengan Tentara Romawi, supaya kita didapati berkenan di hati Komandan kita.


SHRK Februari 2012 - Hari Ke-1 Vol. 2

"Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga." - 2 Timotius 2:4-5

Peraturan-peraturan yang dibuat merupakan batasan-batasan yang keberadaannya dapat menjaga seseorang dari hal-hal yang bahkan fatal. Seorang tentara yang taat pada peraturan-peraturan akan berpeluang besar untuk menang dalam setiap pertempuran. Demikian juga seorang olahragawan yang taat pada semua rambu dan bentuk disiplin yang diterapkan oleh pelatihnya, ia juga berpeluang besar untuk menjadi juara dalam setiap pertandingan.

Peraturan merupakan garis batas yang menunjukkan HABITAT untuk kita bisa hidup, tumbuh dan mencapai keberhasilan sesuai dengan kehendak-Nya. Sebaliknya, barangsiapa yang sering melanggar peraturan, itu berarti melanggar garis batas dan keluar dari habitatnya sehingga orang tersebut tidak dapat hidup sesuai dengan yang seharusnya.

Khususnya bagi Gereja Tuhan minimal ada 7 batasan yang ditetapkan Tuhan supaya kehendak-Nya menjadi sempurna di setiap Gereja-Nya:

1.      Batasan Jenis Pelayanan
"Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan, oleh kuasa tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh kuasa Roh. Demikianlah dalam perjalanan keliling dari Yerusalem sampai ke Ilirikum aku telah memberitakan sepenuhnya Injil Kristus. Dan dalam pemberitaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat, di mana nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun di atas dasar, yang telah diletakkan orang lain, tetapi sesuai dengan yang ada tertulis: 'Mereka, yang belum pernah menerima berita tentang Dia, akan melihat Dia, dan mereka, yang tidak pernah mendengarnya, akan mengertinya.'" - Roma 15:18-21.

 Jika setiap Gereja Tuhan di Indonesia mentaati batasan pertama ini saja, maka seharusnya Lawatan Besar telah terjadi sekian tahun yang lalu. Namun berapa banyak Gereja saling memperebutkan domba-domba yang ada, alih-alih mencari domba-domba baru. Memiliki kecenderungan besar untuk memperebutkan sesama orang Kristen sedangkan tuaian begitu banyak. Sementara Rasul Paulus melayani dengan kehormatan tinggi untuk tidak mengajak domba-domba orang lain, melainkan menuai sebanyak mungkin dari tuaian-tuaian baru.

2.      Batasan Wilayah

"Memang kami tidak berani menggolongkan diri kepada atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memujikan diri sendiri. Mereka mengukur dirinya dengan ukuran mereka sendiri dan membandingkan dirinya dengan diri mereka sendiri. Alangkah bodohnya mereka! Sebaliknya kami tidak mau bermegah melampaui batas, melainkan tetap di dalam batas-batas daerah kerja yang dipatok Allah bagi kami, yang meluas sampai kepada kamu juga. ... Ya, kami hidup, supaya kami dapat memberitakan Injil di daerah-daerah yang lebih jauh dari pada daerah kamu dan tidak bermegah atas hasil-hasil yang dicapai orang lain di daerah kerja yang dipatok untuk mereka." 2 Korintus 10:12-16.

Masing-masing Gereja-Nya diharapkan untuk bergerak sesuai dengan visi yang Tuhan tetapkan sejak semula. Visi masing-masing Gereja sangat beragam dan menciptakan batasan serta fokus masing-masing untuk masing-masing bidang. Batasan dan fokus tersebut bisa berupa wilayah cakupan pelayanan, jenis panggilan yang diterima, jenis talenta yang tertanam sejak semula, bahkan termasuk otoritas kepemimpinan yang Tuhan tetapkan. Perubahan batasan wilayah pelayanan yang tidak didasari oleh kehendak Tuhan melainkan kedagingan kita sendiri dapat berakibat fatal hingga keluar dari habitat yang seharusnya.

3. Batasan Ketinggian

- "Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: 'Jangan melampaui yang ada tertulis', supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain. Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?" - 1 Korintus 4:6-7.

Alangkah indahnya jika Gereja tidak perlu membanding-bandingkan siapa yang terbesar di antara kita semua. Saling menghargai satu sama lain, dan menganggap yang lain jauh lebih penting daripada dirinya sendiri. Namun akan kelihatan konyol jika salah satunya menjadi yang terbesar bukan karena tuaian baru, melainkan merebut dari sesama saudaranya. Dan jauh lebih konyol lagi jika Gereja baik secara korporat maupun individu ketika telah dipercayakan begitu banyak malah menjadi sombong dan menganggap dirinya lebih penting daripada yang lain. Menjadi semakin tahu diri dan tetap menganggap orang lain lebih penting daripada diri sendiri akan memelihara hidup kita untuk tinggal dalam habitat yang telah ditetapkan-Nya.



SHRK Februari 2012 - Hari Ke-2 Vol. 1


Sesi kotbah hari ini didahului dengan cerita Pdt. Petrus Agung Purnomo semalam. Berikut kilasan ceritanya; saat itu beliau beserta rombongan sebanyak 2 bus telah menyelesaikan tugas di atas gunung dan sedang jalan balik ke bawah. Di tengah jalan, rombongan tersebut menjumpai segerombolan orang dalam jumlah sangat banyak dan gerombolan tersebut mengenakan pakaian perang Tentara Romawi. Tepat di tengah gerombolan tersebut,

Pak Agung melihat Tuhan Yesus memikul kayu salib sambil kelihatan seperti mencari-cari seseorang atau sesuatu. Ketika Tuhan Yesus masih mencari-cari, pandangan-Nya beradu dengan mata Pak Agung. Tatapan mata-Nya yang berbeda itu menyirat bahwa Ia sedang mencari dua pribadi. Yang pertama seorang gembala gereja dari Yogyakarta, yang seorang lagi adalah supirnya Ev. Iin Tjipto. Selain itu Tuhan Yesus juga berpesan khusus, "Beritahu ayahmu (Ev. Yusak Tjipto), bahwa masih ada beberapa tugas lagi yang harus ia selesaikan." Dicari-Nya gembala dari Yogyakarta tersebut diyakini beliau bahwa Lawatan Besar yang akan terjadi dalam waktu dekat ini akan diawali dari sana dan berlanjut ke seluruh Nusantara hingga ke seluruh penjuru dunia.

"Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima." - 2 Korintus 6:1.

 Tanda orang menyia-nyiakan anugerah adalah bahwa kehidupan, pelayanan dan apapun yang ada padanya tidak memberi efek atau dampak yang kuat yang mampu mengubah lingkungan di sekitarnya.  Berikut adalah batasan-batasan lainnya:

4. Batasan Panggilan -
"Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan." - 2 Tawarikh 26:16.

Uzia yang saat itu telah menjadi kuat, menjadikan ia sombong dan merasa layak sampai-sampai hendak terlibat dan mengatur pelayanan keimaman yang bukan menjadi bagiannya. Sama halnya dengan banyak orang percaya yang sudah diberkati sedemikian rupa terutama secara keuangan, merasa berhak mengatur tata cara dan segala sesuatunya dalam organisasi gereja lokalnya, yang bahkan bukan bagiannya untuk memberikan pendapat tanpa ditanya.

5. Batasan Iman
"Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing." - Roma 12:3.

 Tuhan menghendaki untuk kita semua mengenal dengan benar akan diri kita sendiri dan kemampuan iman kita. Ada ukuran iman yang harus dikenali supaya dalam setiap hal kita tidak terjebak dalam pemaksaan kehendak kita sendiri. Ada yang memang patut memikirkan perkara puluhan juta rupiah, janganlah memaksakan perkara yang kelasnya miliaran rupiah.

6. Batasan Pengurapan (Otoritas)
"Datanglah Daud dengan Abisai kepada rakyat itu pada waktu malam, dan tampaklah di sana Saul berbaring tidur di tengah-tengah perkemahan, ... Kiranya TUHAN menjauhkan dari padaku untuk menjamah orang yang diurapi TUHAN. Ambillah sekarang tombak yang ada di sebelah kepalanya dan kendi itu, dan marilah kita pergi." - 2 Samuel 26:7-11.

 Daud sangat disusahkan oleh pengejaran Saul yang sedemikian agresif. Ia pernah melepaskan Saul satu kali, namun Saul makin menggila untuk membunuh Daud. Namun hal itu tidak menjadikan Daud merasa berhak untuk bertindak semaunya. Daud mengenal batasan pengurapan juga paham benar bahwa pembalasan hanyalah hak-Nya Tuhan.

7. Batasan Kenikmatan
"Kabar tentang ketaatanmu telah terdengar oleh semua orang. Sebab itu aku bersukacita tentang kamu. Tetapi aku ingin supaya kamu bijaksana terhadap apa yang baik, dan bersih terhadap apa yang jahat." - Roma 16:19.

Berkat diberikan memang untuk dinikmati, namun nikmatilah berkat dalam kebijaksaan. Ada orang yang suka akan suatu barang tertentu, dan orang tersebut malah membuat ikatan dengan kesukaannya hingga di luar kewajaran, misal mengoleksi tas, jam tangan maupun berbagai aksesoris lainnya sedemikian banyak namun hanya untuk dikoleksi dan BUKAN dipergunakan sehari-hari. Hal ini jelas tidak bijaksana bahkan menjadikan berkat sebagai batu sandungan.

Selalu ingatkan diri kita sendiri bahwa Tuhan TANPA kita akan tetap mampu merampungkan semua kehendak-Nya dengan sempurna. Dengan demikian kita tidak terjebak dalam perasaan merasa layak dan senantiasa semakin tahu diri bahwa sesungguhnya kita hanyalah hamba-hamba yang tiada berguna.


SHRK Februari 2012 - Hari Ke-2 Vol. 2


"Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain." 2 Timotius 2:2

Untuk Tuhan dapat dipercaya seseorang itu adalah tanggung jawab-Nya. Namun untuk seseorang dapat dipercaya Tuhan itu adalah tanggung jawab orang tersebut. Kualifikasi "dapat dipercayai" yang Tuhan kehendaki untuk Gereja-Nya berjalan seirama sepanjang 2012 ini adalah:
  1. Bahwa Gereja-Nya mampu dipercaya secara karakter.
  2. Bahwa Gereja-Nya mampu dipercaya secara kemampuan / kapasitas.
  3. Bahwa Gereja-Nya mampu dipercaya menyelesaikan semua tugas dengan penuh tanggung jawab.
Sedangkan kualifikasi "cakap mengajar" yang Tuhan kehendaki adalah:

1. Kemampuan untuk memuridkan. Kemampuan memuridkan hanya bisa diperoleh dari hati yang terbiasa dan rela untuk dididik dan dimuridkan sesuai dengan kehendak Tuhan sepanjang hidupnya. Seseorang yang tidak rela untuk dimuridkan maupun yang berhenti untuk terus dididik Tuhan, tidak akan mampu memuridkan orang lain dengan benar.

2. Kemampuan membangun tim. Cakap mengajar juga ditentukan dari cara seseorang mampu bekerja sama dengan orang lain. Dan bekerja sama dengan orang lain membutuhkan banyak hal terutama hati hamba. Dengan demikian kemampuan membangun tim ditentukan dari kerendahan hati orang tersebut.

4.      Kemampuan mendelegasikan. Ada banyak Gereja yang pergi memberitakan Injil, namun banyak di antaranya yang gagal dan tidak memberi dampak. Hal ini karena banyak Gereja yang gagal menangkap passion Tuhan, kegairahan yang ada di dalam hati-Nya. Banyak Gereja lebih mementingkan tuaian daripada Empunya tuaian.


SHRK Februari 2012 - Hari Ke-3

"Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya. Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu." - 2 Timotius 2:7

Setelah mempelajari peraturan-peraturan sebagai tentara dan olahragawan, kita belajar menjadi petani yang baik dan benar. Petani menabur untuk mendapatkan tuaian. Dan Ishak adalah seorang penabur yang berkenan.

"Maka timbullah kelaparan di negeri itu. ... Tinggallah di negeri ini sebagai orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu. ... Jadi tinggallah Ishak di Gerar." - Kejadian 26:1-6

Kejadian terulang, bencana kelaparan melanda, persis seperti zaman Abraham hidup. Saat itu Ishak hendak mengungsi ke Mesir, juga seperti Abraham dulu. Namun Tuhan melarangnya. Karena walau kelemahannya sama jeleknya dengan ayahnya, namun iman Ishak tidak sebesar Abraham. Dan hal ini dibuktikan ketika Ishak dan Ribka hendak bertemu dengan Abimelekh, persis seperti Abraham dan Sara bertemu Firaun. Beruntungnya Abimelekh adalah orang yang saleh. Akhirnya Ishak mentaati Tuhan untuk tinggal di Gerar, dan karena ketaatannya, ia memperoleh 3 hal; penyertaan Tuhan, berkat Tuhan dan bahkan mendapatkan tanah negeri yang dimana awalnya ia datang sebagai orang asing.

"Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN. Dan orang itu menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya. Ia mempunyai kumpulan kambing domba dan lembu sapi serta banyak anak buah, sehingga orang Filistin itu cemburu kepadanya." - Kejadian 26:12-14

Ishak diberkati sedemikian rupa hingga menjadi "ancaman" bagi penguasa setempat. Berkat yang Ishak terima mengandung faktor percepatan, sama bahkan yang akan kita terima lebih dipersingkat lagi jarak antara kita menabur dengan kita menuai. Ishak yang menjadi "ancaman" merupakan pertanda baik, pertanda bahwa memang Tuhan menyertai dan sangat memberkatinya.

"Lalu kata Abimelekh kepada Ishak: 'Pergilah dari tengah-tengah kami sebab engkau telah menjadi jauh lebih berkuasa dari pada kami.' Jadi pergilah Ishak dari situ dan berkemahlah ia di lembah Gerar, dan ia menetap di situ. ... Ketika hamba-hamba Ishak menggali di lembah itu, mereka mendapati di situ mata air yang berbual-bual airnya. Lalu bertengkarlah para gembala Gerar dengan para gembala Ishak. Kata mereka: 'Air ini kepunyaan kami.' Dan Ishak menamai sumur itu Esek, karena mereka bertengkar dengan dia di sana. Kemudian mereka menggali sumur lain, dan mereka bertengkar juga tentang itu. Maka Ishak menamai sumur itu Sitna." -  Kejadian 26:16-21

Saking takutnya maka Abimelekh mengusir Ishak. Dan dengan ikhlas Ishak pergi berpindah ke tempat lain. Gangguan tidak sampai di situ saja. Dua kali Ishak menggali sumur bekas galian ayahnya - Esek dan Sitna - dan keduanya sengaja ditutup oleh para gembala setempat. Ishak tidak ngotot dan berperkara untuk mempertahankan apa yang dia miliki, baginya jika hal itu adalah jatahnya, itu tetap akan menjadi miliknya. Hal ini sama seperti Kristus yang tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan (Filipi 2:6).

"Ia pindah dari situ dan menggali sumur yang lain lagi, tetapi tentang sumur ini mereka tidak bertengkar. Sumur ini dinamainya Rehobot, ... Dari situ ia pergi ke Bersyeba. Lalu pada malam itu TUHAN menampakkan diri kepadanya serta berfirman: "Akulah Allah ayahmu Abraham; janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau; Aku akan memberkati engkau dan membuat banyak keturunanmu karena Abraham, hamba-Ku itu." Sesudah itu Ishak mendirikan mezbah di situ dan memanggil nama TUHAN (Jehova). ... Datanglah Abimelekh dari Gerar mendapatkannya, bersama-sama dengan Ahuzat, sahabatnya, dan Pikhol, kepala pasukannya. ... Lalu dinamainyalah sumur itu Syeba. Sebab itu nama kota itu adalah Bersyeba, sampai sekarang." - Kejadian 26:22-33

Akhirnya Ishak memperoleh Rehobot yang artinya kelegaan dan juga Bersyeba hingga Tuhan menyatakan diri-Nya "muka dengan muka" kepada Ishak dan ia memanggil-Nya, "Jehova." Pernyataan Tuhan menjadikan bukti yang jelas hingga Abimelekh yang awalnya mengusir dia, datang kembali untuk berdamai dan hendak mengadakan perjanjian persahabatan. Abimelekh membawa 2 orang lainnya, Ahuzat - artinya kepemilikan (possession) dan Pikhol - artinya mulut atas segalanya (mouth of all). Jadi Ishak hidup sebagai penabur yang benar, taat dan setia hingga Tuhan menyertai dan memberkatinya sedemikian rupa namun ia tetap bersikap rendah hati dan percaya akan janji Tuhan dan sebagai balasannya, ia menjadi semakin diberkati lebih lagi hingga semua bentuk kepemilikan dan mulut semua orang mengakui bahwa Tuhan sungguh menyertai dan berpihak kepadanya. Demikian juga seharusnya Gereja Tuhan bersikap sebagai penabur juga penuai yang benar di hadapan Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar