SHRK Februari 2012 - Hari Ke-1 Vol.
1
"Sebab
itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus.
Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah
itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang
lain. Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Seorang
prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal
penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. Seorang
olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia
bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga. Seorang petani yang
bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya. Perhatikanlah apa
yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam segala
sesuatu." - 2 Timotius 2:1-7
Rasul Paulus menasehati Timotius
untuk terus menerus menjadkuat dengan cara tetap tinggal dalam kasih karunia
yang terkandung dalam Kristus Yesus. Karena di dalam kasih karunia tersebut
terkandung kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat atau yang disebut dalam
bahasa Yunani adalah dunamis. Ini adalah kasih karunia atau dunamis yang
sama yang difirmankan kepada jemaat Korintus untuk tidak disia-siakan –
"Sebagai
teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi
sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima." - 2 Korintus 6:1.
Tindakan untuk terus menerus tinggal
dalam kasih karunia digambarkan Rasul Paulus dengan analogi dari cara hidup
Tentara Romawi dan Olahragawan zaman itu, dimana keduanya hidup disiplin sesuai
dengan peraturan-peraturan yang ada. Tentara Romawi dilatih dan ditempa untuk
sangat ahli dan jago dalam pertempuran, sehingga mereka merupakan salah satu
jenis tentara yang terkenal paling kuat karena ketrampilan atau skill
berperang individunya. Tingkat kedisiplinan mereka juga ditunjukkan dari baju
zirah mereka yang sangat kokoh dan rapat di bagian dada depan, namun kosong di
bagian punggung belakang.
Tujuan dari rancangan baju zirah
yang demikian; pertama, supaya sesama tentara saling melindungi bagian belakang
temannya sehingga mereka tetap kompak menghadapi musuh; ke-dua, supaya ketika
ada salah seorang tentaranya mundur dari medan pertempuran (desersi), baik
komandan maupun temannya diperbolehkan membunuh tentara yang mundur tersebut
karena dinilai dapat menjatuhkan mental pasukan lain dalam menghadapi musuh
mereka saat itu. Sebagai tentara yang berdedikasi tinggi, mereka juga tidak
diperkenankan untuk nyambi atau memiliki profesi lain selain sebagai tentara.
Jika mereka sebagai tentara namun juga berdagang misalnya, dan dalam kegiatan
dagang mereka berhubungan dengan pihak musuh, maka akan terjadi conflict of
interest di dalam integritas mereka sebagai tentara.
Pada saat tidak berperang, Tentara
Romawi tetap memelihara ketangkasannya dengan menjadi Olahragawan, terutama
gulat dan tinju. Ketika ada kesempatan, mereka ikut dalam pertandingan sebagai
Olahragawan sesuai dengan peraturan pertandingan yang berlaku. Dan peraturan
serta kedisiplinan sebagai seorang Olahragawan tidak kalah ketatnya dengan
kedisiplinan ketentaraan mereka. Hal itu di antaranya adalah pengawasan untuk
tidak menyuap juri / hakim pertandingan, porsi-porsi latihan yang berat dan
padat, tidak boleh melakukan hubungan seks selama sebulan penuh sebelum
bertanding, dan sebagainya.
Baik peraturan-peraturan ketentaraan
maupun sebagai olahragawan harus ditaati oleh mereka semua untuk menjaga agar
mereka tetap dalam kondisi yang prima dan siaga, baik di medan pertempuran
maupun di arena pertandingan. Demikian pula Gereja Tuhan untuk terus menerus
tetap tinggal dalam kasih karunia dan tidak menyia-nyiakan kuasa dunamis yang
ada di dalamnya, Tuhan menghendaki supaya kita semua memiliki tingkat
kedisipinan yang sama dengan Tentara Romawi, supaya kita didapati berkenan di
hati Komandan kita.
SHRK Februari 2012 - Hari Ke-1 Vol.
2
"Seorang
prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal
penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. Seorang
olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia
bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga." - 2 Timotius
2:4-5
Peraturan-peraturan yang dibuat
merupakan batasan-batasan yang keberadaannya dapat menjaga seseorang dari
hal-hal yang bahkan fatal. Seorang tentara yang taat pada peraturan-peraturan
akan berpeluang besar untuk menang dalam setiap pertempuran. Demikian juga
seorang olahragawan yang taat pada semua rambu dan bentuk disiplin yang
diterapkan oleh pelatihnya, ia juga berpeluang besar untuk menjadi juara dalam
setiap pertandingan.
Peraturan merupakan garis batas yang
menunjukkan HABITAT untuk kita bisa hidup, tumbuh dan mencapai keberhasilan
sesuai dengan kehendak-Nya. Sebaliknya, barangsiapa yang sering melanggar
peraturan, itu berarti melanggar garis batas dan keluar dari habitatnya
sehingga orang tersebut tidak dapat hidup sesuai dengan yang seharusnya.
Khususnya bagi Gereja Tuhan minimal
ada 7 batasan yang ditetapkan Tuhan supaya kehendak-Nya menjadi sempurna di
setiap Gereja-Nya:
1.
Batasan
Jenis Pelayanan –
"Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain,
kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku, yaitu untuk memimpin
bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan, oleh kuasa
tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh kuasa Roh. Demikianlah dalam
perjalanan keliling dari Yerusalem sampai ke Ilirikum aku telah memberitakan
sepenuhnya Injil Kristus. Dan dalam pemberitaan itu aku menganggap sebagai
kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat, di mana nama
Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun di atas dasar,
yang telah diletakkan orang lain, tetapi sesuai dengan yang ada tertulis:
'Mereka, yang belum pernah menerima berita tentang Dia, akan melihat Dia, dan
mereka, yang tidak pernah mendengarnya, akan mengertinya.'" - Roma
15:18-21.
Jika setiap Gereja
Tuhan di Indonesia mentaati batasan pertama ini saja, maka seharusnya Lawatan
Besar telah terjadi sekian tahun yang lalu. Namun berapa banyak Gereja saling
memperebutkan domba-domba yang ada, alih-alih mencari domba-domba baru.
Memiliki kecenderungan besar untuk memperebutkan sesama orang Kristen sedangkan
tuaian begitu banyak. Sementara Rasul Paulus melayani dengan kehormatan tinggi
untuk tidak mengajak domba-domba orang lain, melainkan menuai sebanyak mungkin
dari tuaian-tuaian baru.
2.
Batasan
Wilayah –
"Memang kami tidak berani menggolongkan diri
kepada atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memujikan diri
sendiri. Mereka mengukur dirinya dengan ukuran mereka sendiri dan membandingkan
dirinya dengan diri mereka sendiri. Alangkah bodohnya mereka! Sebaliknya kami
tidak mau bermegah melampaui batas, melainkan tetap di dalam batas-batas
daerah kerja yang dipatok Allah bagi kami, yang meluas sampai kepada kamu
juga. ... Ya, kami hidup, supaya kami dapat memberitakan Injil di daerah-daerah
yang lebih jauh dari pada daerah kamu dan tidak bermegah atas hasil-hasil yang
dicapai orang lain di daerah kerja yang dipatok untuk mereka." 2 Korintus
10:12-16.
Masing-masing Gereja-Nya diharapkan untuk bergerak sesuai
dengan visi yang Tuhan tetapkan sejak semula. Visi masing-masing Gereja sangat
beragam dan menciptakan batasan serta fokus masing-masing untuk masing-masing
bidang. Batasan dan fokus tersebut bisa berupa wilayah cakupan pelayanan, jenis
panggilan yang diterima, jenis talenta yang tertanam sejak semula, bahkan
termasuk otoritas kepemimpinan yang Tuhan tetapkan. Perubahan batasan wilayah
pelayanan yang tidak didasari oleh kehendak Tuhan melainkan kedagingan kita
sendiri dapat berakibat fatal hingga keluar dari habitat yang seharusnya.
3. Batasan Ketinggian
-
"Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada
Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya
ungkapan: 'Jangan melampaui yang ada tertulis', supaya jangan ada di antara
kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang
lain. Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang
engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya,
mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?"
- 1 Korintus 4:6-7.
Alangkah indahnya jika Gereja tidak
perlu membanding-bandingkan siapa yang terbesar di antara kita semua. Saling
menghargai satu sama lain, dan menganggap yang lain jauh lebih penting daripada
dirinya sendiri. Namun akan kelihatan konyol jika salah satunya menjadi yang
terbesar bukan karena tuaian baru, melainkan merebut dari sesama saudaranya.
Dan jauh lebih konyol lagi jika Gereja baik secara korporat maupun individu
ketika telah dipercayakan begitu banyak malah menjadi sombong dan menganggap
dirinya lebih penting daripada yang lain. Menjadi semakin tahu diri dan tetap
menganggap orang lain lebih penting daripada diri sendiri akan memelihara hidup
kita untuk tinggal dalam habitat yang telah ditetapkan-Nya.
SHRK Februari 2012 - Hari Ke-2 Vol.
1
Sesi kotbah hari ini didahului
dengan cerita Pdt. Petrus Agung Purnomo semalam. Berikut kilasan ceritanya;
saat itu beliau beserta rombongan sebanyak 2 bus telah menyelesaikan tugas di
atas gunung dan sedang jalan balik ke bawah. Di tengah jalan, rombongan tersebut
menjumpai segerombolan orang dalam jumlah sangat banyak dan gerombolan tersebut
mengenakan pakaian perang Tentara Romawi. Tepat di tengah gerombolan tersebut,
Pak Agung melihat Tuhan Yesus
memikul kayu salib sambil kelihatan seperti mencari-cari seseorang atau
sesuatu. Ketika Tuhan Yesus masih mencari-cari, pandangan-Nya beradu dengan
mata Pak Agung. Tatapan mata-Nya yang berbeda itu menyirat bahwa Ia sedang
mencari dua pribadi. Yang pertama seorang gembala gereja dari Yogyakarta, yang
seorang lagi adalah supirnya Ev. Iin Tjipto. Selain itu Tuhan Yesus juga
berpesan khusus, "Beritahu ayahmu (Ev. Yusak Tjipto),
bahwa masih ada beberapa tugas lagi yang harus ia selesaikan."
Dicari-Nya gembala dari Yogyakarta tersebut diyakini beliau bahwa Lawatan Besar
yang akan terjadi dalam waktu dekat ini akan diawali dari sana dan berlanjut ke
seluruh Nusantara hingga ke seluruh penjuru dunia.
"Sebagai
teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi
sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima." - 2 Korintus 6:1.
Tanda orang menyia-nyiakan anugerah adalah bahwa kehidupan,
pelayanan dan apapun yang ada padanya tidak memberi efek atau dampak yang kuat
yang mampu mengubah lingkungan di sekitarnya. Berikut adalah
batasan-batasan lainnya:
4. Batasan Panggilan
-
"Setelah
ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak.
Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar
ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan." - 2 Tawarikh 26:16.
Uzia yang saat itu telah menjadi
kuat, menjadikan ia sombong dan merasa layak sampai-sampai hendak terlibat dan
mengatur pelayanan keimaman yang bukan menjadi bagiannya. Sama halnya dengan
banyak orang percaya yang sudah diberkati sedemikian rupa terutama secara
keuangan, merasa berhak mengatur tata cara dan segala sesuatunya dalam
organisasi gereja lokalnya, yang bahkan bukan bagiannya untuk memberikan
pendapat tanpa ditanya.
5. Batasan Iman –
"Berdasarkan
kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di
antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang
patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu
menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu
masing-masing." - Roma 12:3.
Tuhan menghendaki untuk kita semua mengenal
dengan benar akan diri kita sendiri dan kemampuan iman kita. Ada ukuran iman
yang harus dikenali supaya dalam setiap hal kita tidak terjebak dalam pemaksaan
kehendak kita sendiri. Ada yang memang patut memikirkan perkara puluhan juta
rupiah, janganlah memaksakan perkara yang kelasnya miliaran rupiah.
6. Batasan Pengurapan (Otoritas)
–
"Datanglah
Daud dengan Abisai kepada rakyat itu pada waktu malam, dan tampaklah di sana
Saul berbaring tidur di tengah-tengah perkemahan, ... Kiranya TUHAN menjauhkan
dari padaku untuk menjamah orang yang diurapi TUHAN. Ambillah sekarang tombak
yang ada di sebelah kepalanya dan kendi itu, dan marilah kita pergi." - 2 Samuel
26:7-11.
Daud sangat disusahkan oleh pengejaran Saul
yang sedemikian agresif. Ia pernah melepaskan Saul satu kali, namun Saul makin
menggila untuk membunuh Daud. Namun hal itu tidak menjadikan Daud merasa berhak
untuk bertindak semaunya. Daud mengenal batasan pengurapan juga paham benar
bahwa pembalasan hanyalah hak-Nya Tuhan.
7. Batasan Kenikmatan –
"Kabar
tentang ketaatanmu telah terdengar oleh semua orang. Sebab itu aku bersukacita
tentang kamu. Tetapi aku ingin supaya kamu bijaksana terhadap apa yang baik,
dan bersih terhadap apa yang jahat." - Roma 16:19.
Berkat diberikan memang untuk
dinikmati, namun nikmatilah berkat dalam kebijaksaan. Ada orang yang suka akan
suatu barang tertentu, dan orang tersebut malah membuat ikatan dengan
kesukaannya hingga di luar kewajaran, misal mengoleksi tas, jam tangan maupun
berbagai aksesoris lainnya sedemikian banyak namun hanya untuk dikoleksi dan
BUKAN dipergunakan sehari-hari. Hal ini jelas tidak bijaksana bahkan menjadikan
berkat sebagai batu sandungan.
Selalu ingatkan diri kita sendiri bahwa Tuhan
TANPA kita akan tetap mampu merampungkan semua kehendak-Nya dengan sempurna.
Dengan demikian kita tidak terjebak dalam perasaan merasa layak dan senantiasa
semakin tahu diri bahwa sesungguhnya kita hanyalah hamba-hamba yang tiada
berguna.
SHRK Februari 2012 - Hari Ke-2 Vol.
2
"Apa
yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu
kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang
lain." 2 Timotius 2:2
Untuk Tuhan dapat dipercaya
seseorang itu adalah tanggung jawab-Nya. Namun untuk seseorang dapat dipercaya
Tuhan itu adalah tanggung jawab orang tersebut. Kualifikasi "dapat
dipercayai" yang Tuhan kehendaki untuk Gereja-Nya berjalan seirama
sepanjang 2012 ini adalah:
- Bahwa Gereja-Nya mampu dipercaya secara karakter.
- Bahwa Gereja-Nya mampu dipercaya secara kemampuan / kapasitas.
- Bahwa Gereja-Nya mampu dipercaya menyelesaikan semua tugas dengan penuh tanggung jawab.
Sedangkan kualifikasi "cakap
mengajar" yang Tuhan kehendaki adalah:
1. Kemampuan untuk memuridkan.
Kemampuan memuridkan hanya bisa diperoleh dari hati yang terbiasa dan rela
untuk dididik dan dimuridkan sesuai dengan kehendak Tuhan sepanjang hidupnya.
Seseorang yang tidak rela untuk dimuridkan maupun yang berhenti untuk terus
dididik Tuhan, tidak akan mampu memuridkan orang lain dengan benar.
2. Kemampuan membangun tim.
Cakap mengajar juga ditentukan dari cara seseorang mampu bekerja sama dengan
orang lain. Dan bekerja sama dengan orang lain membutuhkan banyak hal terutama
hati hamba. Dengan demikian kemampuan membangun tim ditentukan dari kerendahan
hati orang tersebut.
4.
Kemampuan
mendelegasikan. Ada banyak Gereja yang pergi
memberitakan Injil, namun banyak di antaranya yang gagal dan tidak memberi
dampak. Hal ini karena banyak Gereja yang gagal menangkap passion Tuhan,
kegairahan yang ada di dalam hati-Nya. Banyak Gereja lebih mementingkan
tuaian daripada Empunya tuaian.
SHRK Februari 2012 - Hari Ke-3
"Seorang
petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya.
Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan memberi kepadamu pengertian dalam
segala sesuatu." - 2 Timotius 2:7
Setelah mempelajari
peraturan-peraturan sebagai tentara dan olahragawan, kita belajar menjadi
petani yang baik dan benar. Petani menabur untuk mendapatkan tuaian. Dan Ishak
adalah seorang penabur yang berkenan.
"Maka
timbullah kelaparan di negeri itu. ... Tinggallah di negeri ini sebagai orang
asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah
dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati
sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu. ... Jadi tinggallah Ishak
di Gerar." - Kejadian 26:1-6
Kejadian terulang, bencana kelaparan
melanda, persis seperti zaman Abraham hidup. Saat itu Ishak hendak mengungsi ke
Mesir, juga seperti Abraham dulu. Namun Tuhan melarangnya. Karena walau
kelemahannya sama jeleknya dengan ayahnya, namun iman Ishak tidak sebesar
Abraham. Dan hal ini dibuktikan ketika Ishak dan Ribka hendak bertemu
dengan Abimelekh, persis seperti Abraham dan Sara bertemu Firaun. Beruntungnya
Abimelekh adalah orang yang saleh. Akhirnya Ishak mentaati Tuhan untuk tinggal
di Gerar, dan karena ketaatannya, ia memperoleh 3 hal; penyertaan Tuhan, berkat
Tuhan dan bahkan mendapatkan tanah negeri yang dimana awalnya ia datang sebagai
orang asing.
"Maka
menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil
seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN. Dan orang itu menjadi kaya,
bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya. Ia mempunyai
kumpulan kambing domba dan lembu sapi serta banyak anak buah, sehingga orang
Filistin itu cemburu kepadanya." - Kejadian 26:12-14
Ishak diberkati sedemikian rupa
hingga menjadi "ancaman" bagi penguasa setempat. Berkat yang Ishak
terima mengandung faktor percepatan, sama bahkan yang akan kita terima lebih
dipersingkat lagi jarak antara kita menabur dengan kita menuai. Ishak yang menjadi
"ancaman" merupakan pertanda baik, pertanda bahwa memang Tuhan
menyertai dan sangat memberkatinya.
"Lalu
kata Abimelekh kepada Ishak: 'Pergilah dari tengah-tengah kami sebab engkau
telah menjadi jauh lebih berkuasa dari pada kami.' Jadi pergilah Ishak dari
situ dan berkemahlah ia di lembah Gerar, dan ia menetap di situ. ... Ketika
hamba-hamba Ishak menggali di lembah itu, mereka mendapati di situ mata air
yang berbual-bual airnya. Lalu bertengkarlah para gembala Gerar dengan para
gembala Ishak. Kata mereka: 'Air ini kepunyaan kami.' Dan Ishak menamai sumur
itu Esek, karena mereka bertengkar dengan dia di sana. Kemudian mereka menggali
sumur lain, dan mereka bertengkar juga tentang itu. Maka Ishak menamai sumur
itu Sitna." - Kejadian 26:16-21
Saking takutnya maka Abimelekh
mengusir Ishak. Dan dengan ikhlas Ishak pergi berpindah ke tempat lain.
Gangguan tidak sampai di situ saja. Dua kali Ishak menggali sumur bekas galian
ayahnya - Esek dan Sitna - dan keduanya sengaja ditutup oleh para gembala setempat.
Ishak tidak ngotot dan berperkara untuk mempertahankan apa yang dia miliki,
baginya jika hal itu adalah jatahnya, itu tetap akan menjadi miliknya. Hal
ini sama seperti Kristus yang tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai
milik yang harus dipertahankan (Filipi 2:6).
"Ia pindah dari situ dan menggali sumur yang lain
lagi, tetapi tentang sumur ini mereka tidak bertengkar. Sumur ini dinamainya
Rehobot, ... Dari situ ia pergi ke Bersyeba. Lalu pada malam itu TUHAN
menampakkan diri kepadanya serta berfirman: "Akulah Allah ayahmu Abraham;
janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau; Aku akan memberkati engkau dan
membuat banyak keturunanmu karena Abraham, hamba-Ku itu." Sesudah itu
Ishak mendirikan mezbah di situ dan memanggil nama TUHAN (Jehova). ...
Datanglah Abimelekh dari Gerar mendapatkannya, bersama-sama dengan Ahuzat,
sahabatnya, dan Pikhol, kepala pasukannya. ... Lalu dinamainyalah sumur itu
Syeba. Sebab itu nama kota itu adalah Bersyeba, sampai sekarang." -
Kejadian 26:22-33
Akhirnya Ishak memperoleh Rehobot
yang artinya kelegaan dan juga Bersyeba hingga Tuhan menyatakan diri-Nya
"muka dengan muka" kepada Ishak dan ia memanggil-Nya,
"Jehova." Pernyataan Tuhan menjadikan bukti yang jelas hingga
Abimelekh yang awalnya mengusir dia, datang kembali untuk berdamai dan hendak
mengadakan perjanjian persahabatan. Abimelekh membawa 2 orang lainnya, Ahuzat -
artinya kepemilikan (possession) dan Pikhol - artinya mulut atas
segalanya (mouth of all). Jadi Ishak hidup sebagai penabur yang
benar, taat dan setia hingga Tuhan menyertai dan memberkatinya sedemikian rupa
namun ia tetap bersikap rendah hati dan percaya akan janji Tuhan dan sebagai
balasannya, ia menjadi semakin diberkati lebih lagi hingga semua bentuk
kepemilikan dan mulut semua orang mengakui bahwa Tuhan sungguh menyertai dan
berpihak kepadanya. Demikian juga seharusnya Gereja Tuhan bersikap sebagai
penabur juga penuai yang benar di hadapan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar